Wednesday, October 18, 2006

Tentang Kutukan di Kartupos-mu
: pinang dan hah

barangkali akulah kota itu, setia menunggu musim
hikayat atau laknat kah yang ingin kau takik
di batang randumu.
sedang engkau tahu, begitu renta aku oleh ribuan
kisah yang menerobos gerbang—serupa takdir di
segenap alamat.

di rahimku setiap anak asyik meruda-paksa kemaluannya
sendiri. hingga tanahku menjadi lembab menghuni pojok
ingatanmu, tapi bukankah selalu tercecer mimpi di setiap
genting malam, terayun cahaya traffic light ke dada para ibu
memastikan halaman kitab terbuka bagi segala siapa.

seorang lelaki dikhianati kartu pos yang ditulisnya

seorang pengembara menera cuaca di sela gedung,
mengira musim tanam telah datang

seorang perempuan mengirim kabar,
mengira luka-lukanya telah puput

baiklah jangan cemaskan aku
seorang pemimpi sempat menitipkan salam padamu
barangkali kita masih di rakit yang sama
merindui ufuk yang sama

hanya memicing rasi berbeda.
sedang jejak kita bimbang di hulu kenangan.

0706

Friday, October 13, 2006

Geguritan Suwung

tan ono beber tanpa ringgit sewengi
saumpama ki dalang kesupen suluk pepuji
o candra sangkolo kang ka-antu pujangga
lumampah ijen,
kaya lintang panjer sore pijer nyuwita
marang sonya-ruri.

sopo to jalma kang njajah desa milang kori
datan pengageman pinasti,
ono randu tanda pungkasan bulak telu,
ono perigi tetenger sucining banyu kali,
ono geguritan mbukak lawang sedaya ilmu kahanan,

nalika mbun enjing ngancik godong waru,
sedaya pitakenan ngrembaka ing suwung.

2003

Esplanadi (1)

oh, itukah Frank Sinatra yang suaranya menimang cuaca 13 derajad
dalam cangkir kahvi seharga 1 euro, sedang sore undur diri
diam-diam? Pada cakar albatros yang hinggap di tepi meja, para
pria gaek meminang-minang kenangan sebiru laut baltik.

kuserahkan peristiwa pada catatan, mendengarmu berbual tanpa
kumengerti. Tetapi bukankah vart land tegak di sana tidak untuk
menyantuni masa silammu?

Lihatlah orang-orang rusia yang membakar sore di seberang
trotoar, dibawah fasade gedung tua galleria--tanpa vodka tanpa ide
sama rata-sama rasa. Tetapi suara gusar menuding mereka mensyahwati
lampu-lampu merah Helsinki. Atau barangkali engkau enggan mengingat
perempuan Estonia yang meminta api rokok di kegelapan dermaga marina?

Kenangan lempar jangkar. Orang-orang mengudap matahari sore di
rerumputan. Aku teringat sebuah negeri yang selalu bergegas, tercakar
terik matahari di tepi peta, dan gagal menimang cuaca sepanjang musim.

Albatros melayang dari meja, meninggalkan catatan tergenang
tumpahan kahvi seharga 1 euro. Suara Frank Sinatra tiba-tiba
kudengar melipir sumbang.

Helsinki, 140905

Thursday, October 12, 2006

Geguritan Nglaras

waktu pernah mendenting di dawai siter
tersesat susut di rimba kaca
seperti hilangkan senggakan
penanggalan berlari kencang

serat geguritan
nglaras di pintu wc