Friday, March 07, 2008

Di Pasar Malam

Komidi memutar tangisan tanpa
ujung, menderam-deramkan harapan
dalam dengus tong setan.

Sesekali waktu terantuk gelombang
ombak-banyu, mengingatkan keputus asa-an
tak punya tempat di corong toa.

Malam kian regeng,
di pintu loket
hidup mulai dipertaruhkan.

02/08

Monday, March 03, 2008

UMBUL-UMBUL DI UJUNG GANG

tentang bocah yang menjerat anak tekak-nya sendiri karena tak mampu
menyediakan Rp 5000 untuk kegiatan ekskul sekolah, tentang parmin
yang menggeret jenasah anaknya di gerobak sampah, bercampur dengan
sobekan headline koran pagi yang mengabarkan naiknya gaji punggawa
negeri,

tentang suminah-supiyo yang mengembarai jalan-jalan ibukota,
mencari rumah sakit yang mau menjamah oroknya karena sakit kuning,
tentang ribuan bocah pengidap marasmus kwashiorkor di penjuru alamat
namun ditolak kehadirannya oleh statistik kantor pemerintah.

tentang orang-orang parlemen yang keluar masuk butik internasional
mencari jati diri ke-wakil rakyatan-nya yang tak ketemu-ketemu,
tentang orang-orang suci yang menyemburkan air mazi dari kantor-kantor
penuh gari.

tentang sebuah peluru yang ingin kutembakan persis ke tengah
dahi orang-orang yang menyebabkan seluruh cerita itu terjadi,

di ujung gang seluruh kisahku tersapu angin bersama kibaran
umbul-umbul penuh daki: Dirgahayu 60 Tahun Kemerdekaan
Negara Kita!

di ujung gang, peluruku melelehkan air mata
berwana merah putih!

Jakarta, Agustus 2005